BERBAGI

Bismillahirrohmanirrohim
‘’Sebagai manusia yang mencoba diri menamakan benar-benar manusia sudah selayaknya saling menasihati walaupun dengan tulisan tidak secara berpapasan itulah salah satu metode dari sekian banyak cara melainkan ceramah, dakwah, dan sharing bahkan diskusi sekalipun’’.
(A Hermanto)

Berikut 27 (Dua Puluh Tujuh) tanda yang termasuk telah menjadi hamba dunia sebagai berikut:
1.       Tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba
2.        Melalui hari ini tanpa sedikit pun membuka lembaran Al-Qur’an lantaran terlalu sibuk
3.        Selalu berfikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta semakin bertambah
4.        Marah ketika ada orang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang dilakukan adalah haram
5.       Terus menerus untuk menunda untuk berbuat amal sholeh. ‘’Aku akan mengerjakannya besok, nanti dan seterusnya’’.
6.        Sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya
7.        Selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi sehingga terabaikan amal ibadah
8.        Tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil
9.        Tidak mampu untuk segera berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah
10.    Tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah sekiranya perbuatan itu boleh mengecewakan orang lain
11.    Menumpukkan perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin dimiliki
12.    Merencanakan kehidupan hingga jauh kehadapan
13.    Menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk bekerjaya
14.    Memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak mengingatkan kepada Allah
15.    Hanya menilai orang lain berdasarkan statusnya sosialnya di dunia
16.    Melalui hari ini tanpa sedikit pun memikirkan kematian, bahkan benci pada mati dan tidak ingin memikirkannya
17.    Meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat
18.     Merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah
19.    Tidak kuasa mengubah gaya hidup yang suka berpoya-poya, walaupun tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu
20.    Ketika diberi nasihat tentang bahaya makannya harta riba, akan tetapi masih beralasan bahwa beginilah satu-satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi
21.    Ingin menikmati hidup sepuas-puasnya
22.    Sangat memberikan perhatian dengan penampilan luaran saja
23.    Meyakini bahwa kematian dan hari kiamat masih lambat lagi dan lama datangnya
24.    Ikut serta menguburkan orang lain yang meninggal, tapi sedikit pun tidak mendapatkan pengajaran dari kematiannya
25.    Mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar segera melanjutkan pekerjaan
26.    Tidak pernah berfikir bahwa hari ini boleh jadi hari terakhir hidup di dunia
27.    Merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang dimiliki, bukan merasa tenang dengan mengingati Allah.

               Maksud dari tulisan diatas tidak lain hanyalah ingin berpesan pada diri pribadi penulis wabil khusus dan juga saudara-saudara se agama se iman dan se negara se provinsi dan tan taretan di pulau Garam. Kehidupan yang telah dijalanai pada detik ini sekarang ini sungguh sangat nikmat yang Allah rahmati bagi hambanya, oleh karenanya masihkah diantara kita tidak mensyukuri dan mengintropeksi diri dalam-dalam memaknai nikmat Allah…? ‘’Nikmat yang manakah yang engkau dustakan” itulah bunyi ayat dalam Ar-Rahman, sungguh dalam segala bentuk dan rupawan adalah karunia yang maha esa yang telah limpahkan rahmat masihkan memberanikan diri kemampuan dalam diri manusia tersebut dan memberanikan diri memakai surban kesombongan, Naudzubillahimindhalik… Marilah secara perlahan dan serentakan hentakkan keramahan dan toleransi dalam bersosial entah dalam tataran skup yang skala desa, kota dan negara sekalipun. Kalau bukan sekaran kapan lagi masihkan menggantungkan pada umur yang tidak kita ketahui bersama yang hanyalah sang kholiq yang mengetahuinya untuk terus saling menasihati, memberi ketukan sesama manusia untuk selalu berbuat yang baik bahkan janganlah mengambil perasaan sesama manusia, saling mgungguli dan menyakitinya berlakulah bijak yang bijaksana bukan bijaksini.
              Taruhlah harapan pada pundak kita masing-masing letakkan kehormatan didepan jidhak kita masing-masing berpeganglah tangan seerat mungkin. Indonesia membutuhkan kita dan kita yang memajukan negara kita biarlah para pemegang jabatan tidak saling berjabat tangan dalam memajukan negara dan saling menasihati karenanya hukum Allah berlaku dan kita marilah menikmati dengan berucap syukur atas nikmat yang telah Allah limpahkan. Biarkan negaranya tidak maju. Tetapi, manusinya yang maju. Wallahu A’lam…
             


Comments

Popular Posts