PERJALANANKU
Allah
telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa mengenali diriku sendiri
dengan segala kelemahan dan kehinaanku (Ali Bin Abu Thalib).
Perjalanan perjuangan orang tuaku dalam kehidupan sungguh sangat membuatku
terinspirasi olehnya sedari kecil diriku dikasih sayang dalam pangkuannya mulai
dari diriku sekolah Tk, MIN, MTs, MA dan Kuliah di IKIP BUDI UTOMO MALANG
semuanya itu berkat perjuangan orang tuaku yaitu Ayah dan Ibu. Keluargaku
terdapat Lima orang yaitu Ayah dan Ibu, sedangkan saudara terdapat Tiga anak
yang pertama Khadijah, A Rofi’I dan A Hermanto. Inilah keluargaku yang ku
cintai, sayangi dan selalu ku rindukan.
Tulisan ini merupakan biografiku yang ku tulis dalam kamarku dalam
kesepian dan keheningan yang diriku hanyalah keseorangan yang akan membuat ku
semakin tambah gelisah rasa rindu dan tangan ini guna menulisnya sebagai
catatan sejarah kehidupanku dan untuk anak-anakku bahkan cucu-cucuku. Sebelum
ku melanjutkan coretan jari-jari ini ku tuliskan puisi untuk pahlawanku.
PAHLAWAN
Pahlawan telah berperang dengan
panji-panji
Tanpa memegang apa-apa guna meraih
segalanya
Pahlawanku adalah orang tuaku
Memperjuangkan anak-anaknya demi
kesuksesan
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba
Pahlawanku tersenyum di pagi hari
Karena pahlawan telah berkunjung di
tiap hari
Kehidupanku
mulai sejak kecil sekolah di bangku TK merupakan seorang anak yang sangat nakal
dan sukanya hanyalah bermain dan bermain tanpa jemu oleh apapun cinta kasih
sayang orang tuaku sangatlah luar biasa meskipun diriku nakal dan pemalas
belajar. Teringat ketika diriku bangun tidur ibu ku menggendongku keluar dan
membawaku ke kamar mandi guna basuh muka dan memberi makanan ringan karena
masih pagi ermasuk kesukaan Ayahku yaitu Kopi dan Snake. Dan ketika hendak ku
mulai merajut mimpi-mimpi yaitu tidur sang ibuataupun ayahku wajib rasanya
berada di sampingku sampi ku lelap dalam tidurku bahkan ketika dalam tidurku
langsung bangu ternya dalam sampingku tiada Ibu atau Ayah diriku langsung
menangis dan menangis sampai sang pendamping yaitu pahlawanku berada di
sampingku dan mengobok-ngobok diriku. Sungguh sangat ironis memang karena anak
yang masih kecil sudah merepotkan orang tua yang derajatnya melebihi pahlawan
bagiku, ini kebahagian bagiku tapi pada orang tuaku ini merupakan kesengsaraan yang
sangat luar biasa karena pekerjaan mereka terganggu tanpa sedikit pun ku
membantu.
Waktu
terus berputar, tahun terus meningkat dan pertumbuhan ku semakin berlanjut
setelah diriku mengenyam bangku TK diriku di sekolahkan pada bangku MIN selama
Enam tahun disinilah diriku masih terus menjadi seorang anak yang nakal dan
pemalas dan hanya main-main yang berada dalam intelektualku. Namun, cinta kasih
sayang sang orang tua ku sama sekali tidak kendor, pijaran kasih sayang padaku
tak kan pernah ku mampu membalasnya atas apa yang telah orang tua ku
persembahkan dalam kehidupan ku begitulah kataku.
Di
bangku MIN ini ku merasakan indahnya jadi seorang anak-anak yang sering bermain
dan bertamasya pekerjaanku selain belarajar ialah juga bermain malang memang
setlah sedari kecil di temanin oleh orang tuaku antara bapak dan ibukku. Anak
tetapi, setelah diriku baru kelas enam ayahku meninggalkanku dan kembali pada
panggilan yang menciptakan yaitu Allah guna mempertanggung jawabkan apa dan
bagaimana yang di kerjakan selama berpijak di atas bumi ciptaannya. Kini
perjuangan ku hanya berpegang teguh pada sang ibu tercinta yang sendirian
memperjuangkan diriku guna selalu mengeyam pendidikan dan pertumbuhanku.
Setelah diriku lulus dari MIN barulah melanjutkan perjalanan pendidikanku
di bangku MTs Mansyaul Ulum tanpa sosok sang kasatria yaitu ayahanda. Akan
tetapi, ibuku terus saja memperjuangkan dan selalu memberiku motivasi untuk
terus melanjutkan belajar dan belajar walaupun tiada ayah karena kata ibuku
‘’aku nak, anak berusaha mencari nafkah demi menyekolahkanmu sampai akhir
hayat’’. Kata-kata yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapanpun wahai
bundaku. Perkembanganku dalam bangku MTs lumayan luar biasa karena factor teman
yang rajin belajar sehingga diriku juga ikut-ikutan dengannya, meskipun tidak
seperti mereka. Tapi, sudah mengalami perubahan dalam sikap ku yang nakal dan
pemalas hanya mementingkan bermain dan bermain. Seiring dengan terus berputrnya
waktu dirikusudah mulai tambah sadar dalal kehidupan akan arti hidup dan makna
kematian, barulah kini sampai pada puncaknya belajar di MTs dan lulus sehingga
bisa melanjutkan sekolah di tingkat yang lebih atas yaitu Aliyah dan sekolah di
MA Mansyaul Ulum.
Disinilah diriku mulai sejak kelas satu sudah mulai pijaran akan pentingnya
pendidikan yang memanusiakan manusia kata Kuentojanengrat selaku tokoh
pendidikan dari Indonesia. Pada waktu masih kelas satu pembicaraan sang guru
sangat menyentuh diriku dan juga aktif dalam berbagai diskusi etah dari mana
dan juga ikut-ikutan dengan senior-senior dalam segala hal, sehingga pada kelas
dua diriku sudah mulai membuat teori dan prinsip dalam kehidupan yang mengatur
diriku dan waktuku. Dan Alhamdulillah diriku sewaktu kelas dua sudah menjabat
sebagai OSIS dan juga ketua FOSICAP. Dimana kedua organisasi dan komonitas
inilah yang mengantarkan ku seperti layaknya pemberi makna pada yang tiada
makna, bahwasanya segala symbol dan pergerakan harus mempunyai makna supaya
dapat mengambil petikan pelajaran dan pegetahuan yang kan membuat ku mengatakan
memanusiakan manusia dalam kehidupan yang tiada manusia pada hakikat manusia
sendiri.
Di sekolah MA MANSYA inilah segalanya telah ku dapat dan telah ku
miliki segala persiapan atau segala kebutuhan dalam roda perjalanan pendidikan
dalam pengetahuan. Di sinilah di ajarkan cara bermoral, berfikir, berbicara,
menyambut dan memberikan pendapat sesuai dengan kebutuhan yang di inginkan
penanyak mungkin inilah masa GOLDEN ku dalam pendidikan sedari TK, MIN, MTs dan
inilah MA MANSYA perubahan yang merubah segala ke jelekan dalam tataran moral
dan spiritual.
Semua sekolah telah kujalani mulai dari yang terkecil sampai SMA
kini diriku melanjutkan perjalanan pendidikan di perkuliahan dan kuliah di IKIP
BUDI UTOMO MALANG dengan mengambil jurusan PJKR (Pendidikan Jasmani Kesehatan Rohani)
sebelum mengambil jurusan olahraga diriku sangat bimbang karena diriku
tertarik pada yang jurusan Aqidah Filsafat, Perbandingan Agama dan Sejarah
Kebudayaan islam akan tetapi tuhan yang maha esa menghendaki yang lain dengan
tidak lulus pada waktu ujian yang aku lakukan di Surabaya dan Jogyakarta dan
dengan pertimbangan yang sangat dalam diriku kembali introfeksi diri mulai
sedari awal kenapa apa masih ngotot mengambil jurusan tersebut walaupun tidak
lulus atau mengambil jurusan yang lain.
Setelah befikir dan shalat istiharah serta family memberikan
masukan bahwasanya diriku di sarankan mengambil jurusan apa soft skillnya dan
juga hobinya menyarankan untuk mengambil jurusan Pendidikan Kesehatan Olahraga
karena dalam diriku terdapat skill yang terdapt dalam diri pribadiku.
Setelah melalui berbagai pertimbangan yang ku pikirkan barulah
diriku masuk pada jurusan PJKR atau Pendidikan Jasmani Kesehatan Rohani di
kampus Ikip Budi Utomo Malang. Perjalananku I mulai dari detik sekarang ini
memperjuangkan petualangan menuntut ilmu dan berpetualang hidup di kota
Pendidikan sebesar Malang. Dalam perjalananku diriku masuk padaa organisasi
axtra kampus yaitu PMII Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dengan nama
rayonnya yaitu rayon Jong Khalifah dan ketuanya Agus Ambar Katanya serta ketua
komisariat Davikurrahman atau sering di sebut Davi Dadang, inilah tempat diriku
berkolaborasi di dalamnya serta berperan alih guna meraih apa yang menjadi
harapan guna meraih impian.
Tulisan ini
akan mengantarkan pada peran serta diriku di dalamnya yaitu di kalender
akademiknya dan ke organisasiannya yang mungkin semua orang mengatakan diriku
gila dan langka.
Comments